15.13

Wah, udah lama banget rasanya, tapi masih keinget banget bahagianya. Bangga sekali saya bisa berfoto bersama bapak Gubernur Jawa Timur, Bapak Soekarwo, dan juga wakil bupati Banyuwangi yang baru, Bapak Yusuf. Jarang sekali punya kesempatan seperti ini, mengingat saya masih duduk di bangku SMP. Meski bukanlah sesuatu yang penting, tapi merupakan suatu kehormatan bagiku bisa berdiri di sebelah Gubernur, yang saya rasa sedikit sekali yang bisa melakukannya.

Hal ini berawal ketika saya (sebagai ketua ekstrakurkuler Jurnalistik dan Broadcasting R-SMP-BI Negeri 1 Banyuwangi) bersama seorang adik kelas ditugaskan untuk meliput pelantikan bupati. Awalnya saya menolak, karena saya sedang mengurus surat ijin untuk mengikuti sebuah lomba mata pelajaran di tingkat Provinsi. Namun, entah mengapa, pembina ekskul sedikit memaksa saya, dan saya merasa sedikit tertantang akan hal ini. Maka, berangkatlah saya, di sini bertindak sebagai fotografer dan videografer (untuk dokumentasi sekolah) dan adik kelas saya bertindak sebagai reporter.

Hanya dengan berbekalkan surat pengantar dari kepala sekolah (karena saat itu terkesan mendadak), kami diantar oleh satpam sekolah menggunakan sepeda motornya (Bapak Moh. Sodikin, terima kasih. hehehe) dengan berbonceng tiga. Sesampai di 'jarak unjuk rasa', kami pun berhadapan dengan 'polisi tahap pertama'. Kemudian kami diantarkan untuk melapor kepada orang yang mereka panggil 'kepala', hingga akhirnya kami melalui pagar polisi yang kesekian kalinya. Sungguh tebal sekali penjagaan di sana.

Rintangan terakhir kami adalah 'metal detector', dan akhirnya kami masuk dalam lingkup gedung DPRD. Tanah yang cukup luas untuk ukuran sebuah tanah, dan juga berhubung saya baru pertama kali berada di sana. Orang-orang menggunakan baju yang bervariasi. Mulai dari seragam dinas, hingga menggunakan gaun 'long-dress'. Tak sedikit pula rekan-rekan jurnalis yang saya temui di sana, mulai dari rekan dari ANTV (saya lupa namanya), dari MetroTV, dari BanyuwangiFM (mas Edi), dari Radar Banyuwangi (mas Galih), dari RRI Jember (mas Sumarsono), TVOne, dan masih banyak lagi. Sungguh kami merasa salah satu siswa SMP yang sangat beruntung dapat berada di sana. Tak sedikit pula 'acungan-jempol' yang kami terima dari para jurnalis senior.

Dan, ketika tiba pada saat pelantikan, ruang sidang paripurna ditutup. Para jurnalis senior tidak memasuki ruang sidang, maka kami pun tidak melakukannya, sampai tiba-tiba jurnalis dari ANTV menyuruh kami untuk masuk ke dalam ruang sidang. Kami pun secara 'mengendap-endap' masuk ke dalam. Mengherankan sekali. Tidak ada satupun jurnalis di dalam, kecuali dari TVOne. Di pintu ruang sidang dijaga ketat oleh angkatan bersenjata, dan mereka tidak mencegah kami saat kami memasuki ruang sidang. Saya pun segera berburu foto di sana. Namun, tiba-tiba pundak saya dicolek oleh seorang aparat, dan saya dipanggil menuju dekat pintu ruang sidang. Beliau meminta surat ijin kami, dan saya menunjukkan surat pengantar dari kepala sekolah. Dan, entah mengapa, beliau langsung meng-'accept' surat tersebut. Sungguh ajaib sekali. Kami pun terus berada di dalam, hingga prosesi 'pemberian selamat pada bupati dan wakil bupati'. Kami merasa bangga sekali bisa berjabat tangan dengan bapak bupati dan wakil, yang kami kira Bapak/Ibu guru kami belum semua yang seberuntung kami. Sekeluar kai dari ruang sidang, dengan bantuan reporter MetroTV, kami pun dapat mewawancarai salah satu anggota DPR komisi 1, Bapak Effendy. Karena adik kelas saya belum berpengaaman dalam mengajukan pertanyaan, akhirnya jurnalis MetroTV itu lah yang mengajukan pertanyaan, dan saya bersama videograper MetroTV merekamnya. Dan, tak habis-habisnya keberuntungan kami, dapat berfoto bersama dengan Bapak Gubernur, Bapak Wakil Bupati, dan Bapak Ketua DPRD. Sungguh bahagia sekali, sampai jatah makan pun kami dapatkan, padahal kami tidak masuk dalam jatah Pers.

Itulah pelajaran hidup saya, JANGAN MELIHAT SUATU PEKERJAAN/USAHA DARI HASILNYA SEKARANG, melainkan dari MANFAATNYA UNTUK MASA DEPAN. Semangat Jurnalis! (joe)